![]() |
Susanti (kanan) bersama paman dan bibinya |
kabarklambu.com - Seorang gadis piatu penderita lumpuh kaki harus bersusah-payah berjalan karena keluarganya tak mampu membelikan kursi roda. Susanti (12 th) gadis kecil yang telah ditinggal mati ibundanya ini kakinya mengalami kelumpuhan sejak lahir. Nasib Susanti makin menyedihkan setelah ayahnya juga tidak mau merawatnya. Kini Susanti tinggal dan dirawat bibinya, Ngatini (55 th) yang hidup sederhana di desa Penganten, Klambu.
Karena menderita lumpuh, Susanti sejak kecil belum pernah mengenyam pendidikan sekolah. Menurut penuturan Ngatini, Susanti tidak sekolah karena tidak ada kursi roda juga tidak ada yang mengantarkan ke sekolah, karena bibinya juga menderita sakit stroke dan pamannya harus bekerja. “Pamannya harus kerja untuk memenuhi kebutuhan, sedangkan saya sakit stroke. Alhamdulillah sekarang saya sudah bisa jalan” jelasnya seperti dikutip dari Grobogan Online.
Sebelum ikut Ngatini, Susanti sempat dirawat oleh neneknya. Setelah neneknya meninggal, Susanti dirawat oleh Ngatini. Menurut penuturan suami Ngatini, Soman, sejak kecil Susanti dirawat neneknya kemudian dirawat bibinya karena ayahnya sudah tidak mau merawatnya.
Menurut Ngatini, meski lumpuh Susanti sudah belajar hidup mandiri. Meski kesulitan berjalan karena tidak ada kursi roda, Susanti dengan susah payah selalu berusaha mengurus keperluannya sendiri. “Untuk mandi, ganti pakaian, ke kamar kecil bisa, tapi untuk nyuci belum bisa. Karena memang saya ajarkan untuk hidup mandiri” jelas ibu beranak lima ini.
Saat ini, Susanti tinggal bersama bibinya di desa Penganten RT 2 RW 3 kecamatan Klambu. Pamannya yang bekerja sebagai buruh tani dan buruh bangunan ini harus bekerja keras untuk menghidupi keluarga dan juga Susanti. Namun dengan segala keterbatasan yang ada, keluarga ini tetap bertekad merawat Susanti yang lumpuh karena menjaga amanah Allah. “Dia titipan Allah, makanya harus dijaga” imbuh suami Ngatini.
Ngatini berharap ada uluran tangan dermawan yang bisa membantu meringankan beban keponakannya itu. “Kesehariannya juga berat, syukur-syukur ada yang bantu kursi roda” harapnya. (KK/Sigit)