Guyonan Mainstream "Korban Perasaan" Sudah Tidak Lucu Lagi?

Lelucon "Korban Perasaan"
Kabar Klambu - Setiap hari raya Idul Adha tiba, pasti akan banyak bermunculan lelucon-lelucon atau meme yang menyangkut tradisi di dalam hari raya tersebut yakni berqurban. Salah satu lelucon yang tak pernah absen saat hari raya Idul Adha adalah lelucon tentang pertanyaan "Kamu korban apa?" lalu semuanya pasti sudah tahu kalau jawabannya adalah "Korban perasaan". Dulu lelucon seperti itu masih terdengar lucu atau paling tidak bisa membuat kita tanpa sadar akan tersenyum-semyum sendiri ketika sesorang melempar guyonan itu kepada kita.
Tapi seiring berjalannya waktu lelucon "Korban Perasaan" menjadi terkesan garing dan wagu. Bayangkan saja ketika kita mau melempar pertanyaan guyonan itu sementara kita sudah tahu bahwa jawabannya adalah "Korban Perasaan". Lalu lucunya dimana?. Tapi entah mengapa meskipun terkesan sudah garing dan tidak lucu lagi, lelucon seperti itu masih saja muncul baik di dalam bahan obrolan seorang yang sedang mencoba mendekati orang yang disukainya, atau didalam status-status di media sosial.

Sebenarnya kita tidak perlu terlalu serius juga menanggapi hal ini, sebab admin sengaja menulis ini karena memang lagi sepi berita (Hahaha). Daripada nggak ngapa-ngapain atau nggak ngepost mendingan bikin artikel tentang apa saja lah yang kelihatannya menarik untuk diperdebatkan.

Baik kembali ke soal lelucon "Korban Perasaan" yang kini sudah terdengar garing dan wagu. Kenapa admin bilang begitu?, karena baru saja semalam saya terlibat sebuah obrolan chating di Whatsapp dengan seorang teman cewek. Saat bahan obrolan sudah nyaris habis dan bingung mau membahas apalagi, entah mengapa yang terlintas dibenak saya ini adalah pertanyaan itu. Seperti tidak sadar saya kemudian bertanya melaui chat Whatsapp, kamu besok korban apa? (padahal dia saja  masih remaja, logikanya mana mungkin lah berqurban) sepersekian detik saya merasa menyesal setelah menekan tombol kirim kemudian dengan sangat cepat tanda cheklist abu-abu berubah jadi biru, dibawah nama kontak whatsappnya tertulis indikasi sedang mengetik.

Dalam hati saya, kalau balasannya adalah "Korban Perasaan" saya akan salto 3x ditempat saya nge-chat dia pada saat itu. Kebetulan pada saat itu saya sedang ngopi di warung. Begitu balasan chat masuk, hasilnya sejuta persen tebakanku benar. Balasannya adalah "Korban perasaan, kalau kamu?"

Astaga! Saya sih tidak jadi salto ya, tapi ini kemudian menjadikan runtuhnya semangat saya untuk melanjutkan ngobrol di whatsapp dengan si cewek ini. Bukan salah si cewek, ini semua hanya soal hilangnya kreatifitas masyarakat saja untuk menemukan lelucon-lelucon segar yang akan menggantikan si lelucon legendaris "Korban Perasaan".