Hutan Cindelaras, Wisata Alam Bak Surga Tersembunyi Di Kabupaten Grobogan

Gapura Wisata Alam Cindelaras
Kabar Klambu - Sebagian besar kondisi geografis wilayah Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah, disesaki oleh kawasan hutan yang lebat. Sejatinya, jamak keindahan alam yang tersimpan di balik menjulangnya pepohonan nan rindang di daerah ini.

Salah satu tempat wisata di Kabupaten Grobogan yang kental sekali dalam menggambarkan suasana alam yang natural adalah Wisata Cindhelaras. Adalah sebuah Wisata alam yang terletak ditengah hutan belantara di Desa Bandungharjo, Kecamatan Toroh Kabupaten Grobogan.

Konon ada sebuah kisah sebab kenapa bisa disebut dengan Hutan Cindelaras. Kisah mitologi yang turun temurun oleh warga setempat itu menceritakan tentang sosok Cindhelaras. Berikut ini sedikit ulasan kisahnya:

Cindelaras Adalah Putra Raja Janggala
Cindelaras adalah putra Raja Janggala, Panji Asmara Bangun dan istrinya Galuh Candrakirana. Suatu ketika karena terbakar emosi, Panji Asmara Bangun atau Raden Putra mengusir Galuh Candrakirana keluar dari kerajaan. Hal itu setelah merebak fitnah jika Galuh Candrakirana telah meracuni istri muda Panji Asmara Bangun.

Istri muda Panji Asmara Bangun berniat buruk hendak menyingkirkan Galuh Candrakirana. Istri muda Panji Asmara Bangun yang sudah bekerja sama dengan dukun berpura-pura sakit.

Nah dari situlah drama mulai berlangsung. Sang dukun yang dipanggil untuk menyembuhkan penyakit istri muda Panji Asmara Bangun berbohong jika penyebab sakit itu karena racun dari Galuh Candrakirana.

"Galuh Candrakirana yang dalam posisi mengandung Cindelaras diusir dari kerajaan Janggala. Perkembangannya Galuh Candrakirana kemudian melahirkan Cindelaras di hutan ini. Sejak lahir hingga remaja, Cindelaras hidup di hutan ini. Seluruh hewan penghuni hutan adalah temannya," kata Juru Kunci Hutan Cindelaras, Mbah Rusmin.

Beranjak remaja, Cindelaras memiliki ayam jago aduan yang tiada tanding. Kesohoran ini kemudian terdengar oleh Panji Asmara Bangun. Panji Asmara Bangun kemudian mengundang Cindelaras ke istana. Sang Raja Jenggala menantang Cindelaras untuk sabung ayam.

Panji Asmara Bangun bertaruh bahwa jika ayamnya kalah maka ia akan menyerahkan seluruh harta kekayaannya. Akan tetapi, jika ayam Cindelaras yang kalah maka Cindelaras harus rela kepalanya dipenggal.

"Ayam Raden Putra kalah. Setelah itu mendadak ayam Cindelaras berteriak jika Cindelaras adalah anak Raden Putra. Cindelaras yang sudah diberitahu ibundanya pun mengamini. Di situlah Cindelaras dipertemukan dengan ayahnya. Raden Putra kemudian mengajak Cindelaras beserta ibunya untuk kembali ke kerajaan setelah menyerahkan seluruh harta kekayaannya. Akan tetapi, jika ayam Cindelaras yang kalah maka Cindelaras harus rela kepalanya dipenggal.

"Ayam Raden Putra kalah. Setelah itu mendadak ayam Cindelaras berteriak jika Cindelaras adalah anak Raden Putra. Cindelaras yang sudah diberitahu ibundanya pun mengamini. Di situlah Cindelaras dipertemukan dengan ayahnya. Raden Putra kemudian mengajak Cindelaras beserta ibunya untuk kembali ke kerajaan setelah mengetahui apa yang terjadi adalah fitnah. Ia menyesal dan meminta maaf. Istri mudanya serta dukun itu kemudian dihukum," kata Mbah Rusmin.

Hutan Cindelaras seluas 33 hektar itu semula di tahun 1979 disulap oleh KPH Gundih menjadi obyek wisata alam dan religi. Namun karena minimnya dana untuk pengelolaan, obyek wisata Cindelaras menjadi terbengkalai.

Sungguh di luar perkiraan, kesunyian obyek wisata Cindelaras ternyata menyuguhkan keindahan alam yang luar biasa. Ibarat sebagai surga yang tersembunyi di tengah rimbunnya kawasan hutan.

Memasuki gerbang Cindelaras, rasa sejuk mulai terasa hingga merasuk tulang. Di obyek wisata Cindelaras, pohon-pohon tinggi besar berjenis mahoni, johar, akasia dan kayu putih meredam panasnya sinar matahari menyengat tubuh.

Melangkah sekitar 20 meter menuju jalan yang menurun, mata kita dimanjakan oleh waduk tadah hujan dengan airnya yang mengalir menuju ke lahan pertanian warga sekitar.

Di sini para pengunjung bisa melepas penat dengan duduk di gazebo yang tersedia. Sayangnya, gazebo itu telah usang dan nampak kotor.

Gazebo nampak usang dan kotor

Dari spot ini kita kemudian diarahkan berjalan melewati jembatan kecil yang di bawahnya ada derasnya arus air nan jernih yang merupakan aliran air dari waduk.

Setelah itu kita diharuskan mendaki perbukitan yang dikelilingi semak-semak daun pandan serta pepohonan rindang. Kaki kita dibawa menanjak melalui anak tangga yang terbuat dari semen sejauh sekitar 60 meter.

Pengunjung akan menyaksikan sebuah sendang kecil peninggalan Galuh Candrakirana dan Cindelaras. Air di sendang itu diyakini bertuah, bisa menyembuhkan segala macam penyakit. Banyak warga dari berbagai daerah sering berkunjung ke sendang ini untuk sekadar membasuh muka, minum maupun mandi air sendang.

Turun dari lokasi sendang, pengunjung diarahkan berjalan melewati bukit kembali dengan jalur lain.

Di sinilah lokasi puncak bukit di mana terdapat sebuah bangunan seperti gubuk kecil. Di dalam gubuk itu dipercaya sebagai tempat Cindelaras bertapa atau istilahnya petilasan Cindelaras.

Tempat Cindelaras bertapa

Di lokasi ini pengunjung bisa bersantai, duduk berpayung teduh pepohonan dengan menikmati pemandangan alam hutan, sawah dan pedesaan dari atas perbukitan.

"Lokasi ini paling saya suka. Karena bisa melihat pemandangan alam dari atas. Kebetulan saya juga pertama kali ke sini. Benar, ini adalah surga di tengah hutan. Harusnya bisa jadi ikon Grobogan. Sayangnya tidak ada perawatan, jadinya mangkrak. Dari Purwodadi saja, saya tanya kesana kemari tak ada yang tahu wisata Cindelaras. Seandainya saja bisa dikelola dengan baik, pasti banyak pengunjung, karena ada cerita rakyatnya juga," kata Agus Setiawan Wibisono (38), warga Purwodadi.

Itulah ulasan mengenai salah satu objek wisata alam di Kabupaten Grobogan yakni Hutan Cindelaras.

(Kk/Shp)